Nah kalo ini lagi googling cari gambar , eh ketemu suatu gambar dan dibuka websitenya
ini hasilny #cling yaa bukannya maksut copy paste sih tapi kalo ada artikel bagus , di kasi tau ke readers gapapa kan berbagi itu indah :)
Allah melarang manusia bersikap
sombong, berbohong, memperolok-olok orang lain dan angkuh. Jujur dan
rendah hati adalah sifat-sifat yang diridhai oleh Allah.
Dalam kehidupannya, manusia sering
dipengaruhi oleh orang-orang di lingkungannya. Jika mereka menyakiti
teman-temannya, mungkin ia telah mendapat pengaruh jelek dari
lingkungannya itu. Tetapi, seseorang yang beriman kepada Allah dan
mengakui bahwa Allah selalu melihatnya tidak pernah meninggalkan jalan
yang benar, meskipun keadaan memaksanya untuk melakukan itu. Dia menjadi
teladan yang baik bagi orang-orang yang tidak jujur dan sesat.
Allah mencintai orang yang sabar. Istilah
”kesabaran” dalam Al Qur’an tidak hanya berarti sabar menghadapi
musibah, melainkan juga berarti sabar di setiap saat dalam kehidupan.
Kesabaran seseorang yang beriman tidak berubah karena orang lain atau
suatu kejadian. Misalnya, orang yang tidak begitu takut kepada Allah
mungkin akan berlaku baik pada seseorang yang bisa memberinya
keuntungan, tetapi tidak bisa selalu menunjukkan sikap terpuji ini.
Begitu ia merasa bahwa kepentingannya diganggu, dia mungkin saja
tiba-tiba berubah. Namun, orang yang beriman dengan seksama menghindari
melakukan perbuatan tercela. Dia menunjukkan sikap yang baik kepada
setiap orang dan beriktikad baik untuk tetap melakukan itu, apa pun
keadaannya atau bagaimanapun sikap orang lain kepadanya. Meskipun ia
marah, ia berhasil mengendalikan dirinya dan menunjukkan
kesabaran.
Dalam satu ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berlomba-lomba dalam kesabaran :
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu), dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.
(QS Ali-Imran: 200)
Kesabaran orang-orang yang disebutkan
dalam Al Qur’an adalah teladan buat kita. Seperti yang kalian ketahui,
penderitaan Nabi Ayub AS berlangsung sangat lama. Tetapi hamba Allah
yang mulia ini menunjukkan kesabaran dan berdoa kepada Allah. Allah
menjawab doanya dan menunjukkan jalan keluar kepadanya.
Nabi Nuh AS menunjukkan kesabarannya
ketika orang-orang menertawakannya karena bahtera yang dibangunnya. Ia
tetap tenang dan menasihati mereka. Semua ini adalah contoh yang luar
biasa mengenai kesabaran yang ditunjukkan oleh orang-orang mulia. Allah
berfirman dalam banyak ayat bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang
sabar.
Sebaliknya, Allah tidak mencintai
orang-orang sombong yang suka membanggakan diri. Tidak semua orang
menikmati keberuntungan harta benda yang sama di dunia ini. Ada orang
yang mempunyai rumah dan mobil yang indah, sedangkan orang lain tidak
memiliki apa-apa. Akan tetapi, yang penting adalah bahwa kita bisa
berlaku benar. Misalnya, menganggap bahwa seseorang lebih baik dari
orang lain karena ia punya paakaian yang lebih bagus merupakan sikap
yang tidak disukai oleh Allah. Hal ini karena Allah memerintahkan kita
untuk menilai manusia atas dasar keimanan mereka, bukan penampilan
mereka.
Bagi Allah, yang menentukan kelebihan
seseorang bukanlah kekayaan, kekuasaan, kecantikan, atau kekuatannya.
Allah menilai manusia menurut takwa (rasa takut kepada Allah) mereka,
cinta yang mereka rasakan terhadap-Nya, ketaatan mereka, dan keteguhan
hati mereka untuk hidup berdasarkan nilai-nilai Al Qur’an. Inilah ukuran
penilaian kelebihan seseorang dalam pandangan Allah.
Qarun adalah orang yang sangat kaya. Ia
begitu kaya sehingga kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh
beberapa orang. Orang-orang bodoh di sekelilingnya berkhayal ingin
menjadi Qarun dan ingin memiliki apa yang dimiliki oleh Qarun. Tetapi
Qarun adalah orang yang sombong dan sangat angkuh, yang tidak patuh
kepada Allah. Ia mengingkari bahwa Allah telah memberinya seluruh
kekayaannya itu. Karena itu, Allah menimpakan azab yang pedih untuk
Qarun: Ia dan seluruh harta bendanya lenyap dalam satu malam saja.
Melihat azab yang pedih itu, orang-orang yang pernah berkhayal ingin
menjadi Qarun merasa bahagia tidak menjadi Qarun. Mereka semua mengakui
bahwa ini adalah hukuman dari Allah.
Qarun dijadikan sebagai contoh dalam Al Qur’an sebagai berikut :
Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa. Ia melakukan kezaliman terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu berbangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
(QS Al-Qasas: 76)
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya
dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia, ”Semoga kita mempunyai (harta) seperti yang telah diberikan
kepada Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar.”
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu :
”Kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan pahala itu tidak diperoleh, kecuali oleh-orang-orang yang sabar."
Maka kami benamkan Qarun beserta rumahnya
ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang
menolongnya dari azab Allah. Dan ia tidak dapat membela diri.
Dan orang-orang yang kemarin bercita-cita mendapat kedudukan Qarun pun berkata :
”Sungguh, memang benar Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkannya. Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, tentu Dia telah membenamkan kita juga. Sungguh benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.”
(QS Al-Qashash: 79-82)
Al Qur’an memberi tahu kita bahwa
menyebarkan gosip dan bergunjing termasuk perilaku yang juga tidak
disukai oleh Allah. Mencari-cari kesalahan seseorang, bergunjing, dan
menjadikan orang lain sasaran tertawaan adalah perilaku yang harus
selalu dihindari oleh orang-orang yang takut kepada Allah. Dalam Al
Qur’an Allah melarang menyebarkan gosip dan bergunjing. Ayat yang
menyebutkan ini berbunyi :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak berprasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling bergunjing satu sama lain. Adakah di antara kalian yang suka memakan daging saudaraanya yang sudah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha penyayang. (QS Al-Hujurat: 12)
Juga bisa dilihat dari ayat tersebut,
Allah mengatakan kepada kita dalam Al Qur’an bahwa bergunjing sama
menjijikkan dengan memakan daging saudara sendiri yang telah mati.
Allah menyuruh kita untuk berbuat baik
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kehidupan adalah kesempatan yang
dikaruniakan oleh Allah untuk mengikuti jalan-Nya yang benar. Saat ini,
sebagian besar manusia tidak sadar tentang hal ini. Bukannya mematuhi
perintah dan anjuran Allah, mereka justru mencari petunjuk lain. Karena
terpengaruh oleh film-film yang mereka tonton atau lagu-lagu yang mereka
dengarkan, mereka menganut ajaran-ajaran yang salah. Misalnya, para
pemuda yang menonton tokoh kejam dan tak kenal kasihan dalam sebuah film
sering mencoba untuk menirunya, setelah mereka meninggalkan bioskop.
Akan tetapi, seseorang yang bijaksana dan
jujur selalu menunjukkan sifat yang diridhai oleh Allah. Para nabi
adalah manusia yang harus kita teladani langkahnya. Sifat-sifat yang
harus kita miliki adalah sifat-sifat yang diridhai oleh Allah. Sifat ini
meliputi pengasih, pemaaf, rendah hati, sederhana, sabar, dan taat
kepada Allah dan rasul-Nya. Seseorang yang menjalankan ajaran mulia ini
tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan dalam pertengkaran. Ia justru
melerainya dan menunjukkan sikap tenggang rasa. Al Qur’an memerintahkan
kita untuk hormat dan patuh kepada orang tua, bukan malah durhaka dan
melawan mereka. Dalam Al Qur’an, Allah menegaskan pentingnya hormat
kepada kedua orang tua :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kalian berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kalian mengatakan kepada keduanya perkataan, ”Ah!” Dan janganlah kalian membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh rasa sayang, dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku sewaktu kecil.”(QS Al-Israa: 23-24)
Patuh kepada kedua orang tua, tidak
menyakiti mereka walau sekecil apa pun dengan mengatakan, “Ah,” dan
selalu sayang dan lemah-lembut terhadap mereka adalah sifat-sifat
penting yang dituntut oleh Allah dari kita. Menunjukkan sifat-sifat ini
akan mendatangkan cinta Allah kepada kita dan menjadikan kita lebih
bahagia dan damai dalam hidup sehari-hari.
Kita hanya bisa menunjukkan sifat yang
terpuji dalam Al Qur’an bila kita hidup menurut Islam. Orang-orang yang
tak beriman hampir tidak mampu menjalankan nilai-nilai mulia ini. Kamu
harus menghindar dari menjadi orang seperti itu dan selalu mencamkan
ayat yang berbunyi, “Apakah kalian mengira kalian akan masuk surga,
padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan
belum nyata orang-orang yang sabar?”(QS Ali-Imran: 142). Jangan pernah
lupa bahwa Allah akan lebih mencintai kalian dan memberikan nikmat-Nya
yang lebih banyak kepada kalian jika kalian sabar, rendah hati, rela
berkorban, dermawan, dan jika kalian berlaku baik.
No comments:
Post a Comment